Tiga TKI Dibunuh Satu per Satu di Kapal
Informasi yang didapat Tribun Jambi (Tribunnews.com Network) dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSU Mayjend HA Thalib Sungaipenuh, SJ tiba di rumah sakit sekitar pukul 22.25 WIB, Sabtu (4/5/2013).
Keterangan petugas jaga di rumah sakit, SJ datang ke rumah sakit didampingi beberapa anggota keluarga. Dari hasil pemeriksaan awal, SJ mengalami pemerkosaan.
"Kelihatannya memang habis diperkosa, katanya korban baru pulang dari Malaysia," jelasnya.
Suasana duka masih terlihat jelas saat Tribun sampai di ruangan perawatan kebidanan RSU Mayjend HA Thalib Sungaipenuh, Sabtu pukul 23.00 WIB.
Meski terlihat lebih ramai ketimbang malam sebelumnya, aura kesedihan terpancar dari wajah puluhan pengunjung yang datang silih berganti. Tidak sedikit mereka yang meneteskan air mata, karena tidak kuasa menahan kesedihan.
Di salah satu ruangan, perempuan paruh baya terbaring tak berdaya di ranjang perawatan. Kendati tidak nampak ada luka di tubuhnya, perempuan malang mengalami trauma yang sangat berat.
Dia jarang sekali menggerakkan tubuh, dan hanya diam terbaring di ranjang. Ia juga enggan berbicara, dan selalu menangis. Di tangan kanannya, terpasang selang infus, yang dipasang oleh perawat rumah sakit, karena kondisi SJ yang melemah.
Setelah mendapatkan informasi dari warga yang datang berkunjung, wanita yang sedang mendapatkan perawatan adalah SJ (35). SJ mengaku menjadi korban pemerkosaan, saat dalam perjalanan pulang ke Indonesia dari Malaysia.
Tidak hanya mengalami pelecehan seksual, pria yang selama ini menjadi tempat sandaran hidupnya, MD (35), juga dihabisi pelaku dengan cara yang sangat sadis.
Dari pengakuan SJ, peristiwa tragis berawal dari niat SJ dan suaminya, MD, untuk pulang ke kampung halamannya di Kabupaten Kerinci, Desa Sungai Abu, Kecamatan Air Hangat Timur, setelah beberapa tahun mengadu nasib di Malaysia.
Keinginan untuk pulang kampung, karena pasangan suami istri yang merantau ke Malaysia sejak 2006, ingin melihat anaknya di Kerinci yang sudah menikah. Namun, perjalanan pulang kampung malah menjadi petaka bagi mereka.
"Kami ke Malaysia sejak 2006, dan bekerja di perkebunan karet. Saat berangkat, saya dan suami menggunakan paspor wisata," ujar SJ, ketika ditanya polisi yang datang ke rumah sakit.
SJ mengaku sempat pulang pada 2010, dan berangkat lagi setelah tiga bulan di Kerinci. Saat pulang ke Kerinci, SJ dan MD juga ditemani warga lainnya, yang sama-sama merantau ke Malaysia.
Kedua orang tersebut adalah NZ (35) dan SP (20). Untuk merealisasikan rencana pulang kampung, keempat warga Desa Sungai Abu menghubungi seorang tekong bernama DS. Tekong ini juga satu kampung dengan mereka di Kerinci.
Setelah menyelesaikan semua urusan administrasi, hari yang sudah ditunggu-tunggu pun datang, tepatnya pada Kamis (2/5/2013). Keempat korban yakni MD, SJ, NZ, dan SP, dibawa oleh DS menggunakan bus ke Terminal Johor Baru.
Pria Misterius
Setelah sampai di Terminal Johor Baru, datang seorang pria tidak dikenal, menjemput mereka dengan mobil sedan. Rombongan pun langsung naik mobil tersebut, kemudian melanjutkan perjalanan pulang.
Sampai di salah satu lokasi (kebun sawit), sopir beserta empat korban dan tekong, berhenti dan lantas memasuki areal perkebunan. Tidak lama melintasi perkebunan, mereka bertemu seorang pria yang tidak dikenal.
Rupanya, pria yang menunggu mereka di dalam hutan, adalah pemilik kapal yang akan menyeberangkan korban dari Malaysia, menuju Tanjung Balai Karimun. Setelah pertemuan, DS dan sopir sedan kembali ke mobil.
Pria tidak dikenal lantas bertanya, apakah korban bisa berenang atau tidak? Keempat korban menjawab mereka tidak bisa berenang. Karena tidak bisa berenang, pria itu mengatakan korban harus dibawa satu per satu, karena kapal tidak bisa merapat ke pantai.
Setelah sepakat diantar ke kapal satu per satu, handphone korban dikumpulkan lebih dulu, sementara barang-barang berharga mereka bawa masing-masing. Korban yang pertama dibawa adalah SP.
Ketiga korban yang tinggal di kebun sawit, sebenarnya sempat mendengar suara teriakan SP minta tolong, namun korban tidak merasa curiga, lantaran menduga pria yang masih bujangan, berteriak karena tidak bisa berenang.
Setelah 30 menit, pria tersebut kembali menemui korban, dan membawa MD. Dari pengakuan SJ, saat itu suaminya membawa uang sebanyak Rp 8 juta, serta sejumlah barang lain.
Sama halnya dengan SP, MD juga sempat berteriak minta tolong dan terdengar oleh SJ dan NZ, yang masih tinggal di kebun sawit. Namun, lagi-lagi mereka tidak curiga, karena menduga MD berteriak minta tolong ke pria, karena tidak bisa berenang.
Usai menjemput MD, pelaku kembali datang dan membawa NZ ke kapal. Suara NZ juga didengar oleh SJ minta tolong. Tak lama, pria tersebut datang ke tempat SJ, yang hanya tinggal sendiri di kebun sawit.
Bukannya membawa SJ ke kapal, pelaku malah memerkosa SJ, dengan mengancam akan membunuhnya jika berani melawan. Sebelum diperkosa, pelaku sempat meletakkan parangnya di leher SJ. Tidak kuasa melawan, SJ hanya bisa pasrah.
Usai memerkosa SJ, pelaku mengatakan suami SJ dan dua rekan lainnya sudah mati. Jika tidak mau mengalami nasib sama, pelaku minta SJ mengikuti semua permintaannya.
Mendengar perkataan tersebut, SJ semakin ketakutan dan sedih memikirkan kondisi suaminya. Karena tidak punya pilihan, SJ akhirnya ikut bersama pelaku ke kapal.
Saat sampai di pantai, SJ sangat terkejut melihat suami dan dua temannya sudah terbaring bersimbah darah. Leher mereka nyaris putus, dan bagian belakang kepala mereka terluka parah.
Saat itu, pelaku minta SJ mencium jenazah suaminya untuk yang terakhir kali, karena mereka akan segera menyeberang ke Tanjung Balai. Setelah SJ mencium suaminya, pelaku lantas mengikat kaki MD dan SP ke kapal, sementara mayat NZ dibiarkan begitu saja di pantai.
Kapal pun segera berangkat. Jenazah MD serta SP ikut terseret ke lautan. Sampai di tengah laut, pelaku lantas memotong tali yang mengikat kaki MD dan SP, sehingga mayat mereka hanyut dibawa arus laut.